Perbedaan Antara Senyawa Organik Dengan Anorganik
On Thursday, August 19, 2010
0
komentar
Tujuan :
Melalui percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami perbedaan sifat antara senyawa organik dan senyawa anorganik
Dasar Teori
Kimia Organik adalah disiplin ilmu kimia yang spesifik membahas studi mengenai struktur, sifat, komposisi, reaksi dan persiapan(sintesis atau arti lainnya) tentang persenyawaan kimiawi yang bergugus karbon dan hidrogen, yang dapat juga terdiri atas beberapa elemen lain, termasuk nitrogen, oksigen, unsur halogen, seperti fosfor, silikon dan belerang. <1> <2> <3> Definisi asli dari kimia "organik" berasal dari kesalahan persepsi atas campuran organik yang selalu dihubungkan dengan kehidupan. Tidak semua senyawa organik mendukung kehidupan di bumi sepenuhnya, tetapi kehidupan seperti yang telah kita ketahui bergantung pula pada sebagian besar kimia anorganik; sebagai contoh: beberapa enzim bergantung pada logam transisi, seperti besi dan tembaga; dan senyawa bahan seperti cangkang/kulit, gigi dan tulang terdiri atas sebagian bahan organik,sebagian lain anorganik.
Terlepas dari bahan dasar karbon, kimia anorganik hanya menguraikan senyawa karbon sederhana, dengan struktur molekul yang tidak mengandung karbon menjadi rantai karbon (seperti dioksida, asam, karbonat, karbida, dan mineral). Hal ini tidak berarti bahwa senyawa karbon tunggal tidak ada (yaitu: metana dan turunan sederhana). Biokimia sebagian besar menguraikan kimia protein (dan biomolekul lebih besar).Karena sifat yang spesifik, senyawa berantai karbon banyak menampilkan keanekaragaman senyawa organik yang ekstrim dan penerapan yang sangat luas. Senyawa-senyawa tersebut merupakan dasar atau unsur pokok beberapa produk (cat, plastik, makanan, bahan peledak, obat-obatan, petrokimia, beberapa nama lainnya) dan (terlepas dari beberapa pengecualian) bentuk senyawa merupakan dasar dari proses hidup.
Perbedaan bentuk dan reaktivitas molekul kimia menetapkan beberapa fungsi yang mengherankan, seperti katalis enzim dalam reaksi biokimia yang mendukung sistem kehidupan. Pembiakan otomatis alamiah dalam Kimia Organik dalam kehidupan seluruhnya. Kecenderungan dalam Kimia organik termasuk sintesis kiral, kimia hijau, kimia gelombang mikro,fullerene(karbon alotropis) dan spektroskopi gelombang mikro.
Kimia anorganik adalah cabang kimia yang mempelajari sifat dan reaksi senyawa anorganik. Ini mencakup semua senyawa kimia kecuali yang berupa rantai atau cincin atom-atom karbon, yang disebut senyawa organik dan dipelajari dalam kimia organik. Perbedaan antara kedua bidang ilmu ini tidak mutlak dan banyak tumpang-tindih, khususnya dalam subbidang kimia organologam.
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Studi mengenai senyawaan organik disebut kimia organik. Banyak di antara senyawaan organik, seperti protein, lemak, dan karbohidrat, merupakan komponen penting dalam biokimia.
Di antara beberapa golongan senyawaan organik adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang dapat diubah gugus fungsinya; hidrokarbon aromatik, senyawaan yang mengandung paling tidak satu cincin benzena; senyawa heterosiklik yang mencakup atom-atom nonkarbon dalam struktur cincinnya; dan polimer, molekul rantai panjang gugus berulang.
Pembeda antara kimia organik dan anorganik adalah ada/tidaknya ikatan karbon-hidrogen. Sehingga, asam karbonat termasuk anorganik, sedangkan asam format, asam lemak pertama, organik.
Nama "organik" merujuk pada sejarahnya, pada abad ke-19, yang dipercaya bahwa senyawa organik hanya bisa dibuat/disintesis dalam tubuh organisme melalui vis vitalis - "life-force".
Kebanyakan senyawaan kimia murni dibuat secara artifisial.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sudah sejak zaman purba orang mengetahui bahwa tubuh makhluk hidup (manusia, tumbuhan, dan hewan) dapat menghasilkan berbagai macam zat. Gula pasir didapat dari batang tebu, dan gula merah dihasilkan dari pohon enau. Beras dan gandum dapat diuraikan oleh ragi menjadi alkohol. Bangsa Mesir kuno sudah mengenal formalin, suatu zat pengawet yang dihasilkan oleh semut. Orang Mesopotamia dahulu memperoleh zat-zat pewarna dari hewan molluska. Pupuk urea didapatkan dengan menguapkan air seni (urine) mamalia. Kini kita mengetahui bahwa fosil tumbuhan dan hewan yang terpendam berabad-abad dalam tanah dapat berubah menjadi minyak bumi.
Menjelang akhir abad ke 18, para ahli kimia membagi senyawa-senyawa menjadi dua kelompok :
Ø Senyawa organik, yang dihasilkan oleh makhluk hidup (organisme)
Ø Senyawa anorganik, yang dihasilkan oleh benda mati (kulit bumi atau udara)
Istilah organik dan anorganik ini diusulkan oleh Karl Wihem Scheele (1742 -1786) dari Swedia pada tahun 1780. Pada tahun 1807, Jons Jakob Berzelius (1779-1848) mengeluarkan teori bahwa senyawa-senyawa organik hanya dapat dibuat di dalam tubuh makhluk hidup dengan bantuan “daya hidup” (Vis Vitalis dalam bahasa Latin), sehingga senyawa organik tidak mungkin dapat dibuat dari senyawa anorganik di laboratorium. Oleh karena Berzelius dipandang sebagai ahli kimia terbesar pada saat itu, teorinya dianut oleh para ilmuwan lainnya tanpa ragu-ragu. Ternyata teori “daya hidup” itu tidak bertahan lama, dan akhirnya ditumbangkan oleh murid Berzelius sendiri, Friedrich Wohler (1800 -1882) dari Jerman. Pada tahun 1827, Wohler mereaksikan perak sianat dengan amonium klorida untuk membuat amonium sianat.
AgOCN + NH4Cl NH4OCN + AgCl(s)
Ketika Wohler menguapkan pelarut air untuk memperoleh kristal padat amonium sianat, ternyata pemanasan yang terlalu lama menyebabkan amonium sianat berubah menjadi urea !. NH4OCN à (NH2)2CO
Penemuan Wohler itu menggemparkan dunia ilmu kimia, sebab urea (senyawa organik) dapat dibuat dari amonium sianat (senyawa anorganik), atau sebagaimana bunyi surat Wohler kepada Berzelius tertanggal 22 Februari 1828 : “ Saya mampu membuat urea dalam tabung reaksi tanpa bantuan ginjal hewan atau manusia
Organik versus Anorganik - Buku kimia kelas SMA
ALAT DAN BAHAN
Alat-Alat Yang Digunakan
Kaki tiga Pembakar
Tabung reaksi
Bunsen dan kasa
2. Bahan-Bahan Yang digunakan
- Etanol
Pemerian cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.
Etanol asli ialah cairan jernih yang mudah terbakar dengan titik didih pada 78.5°C dan titik beku pada - 114.5°C, BM 46,07. Etanol digunakan sebagai bahan anti-beku dan mempunyai bau vodka. Ketumpatan etanol ialah 789 g/l, yaitu kurang 20% daripada ketumpatan air. Etanol mudah larut dalam air, praktis bercampur dengan semua pelarut organik dan merupakan pelarut yang baik untuk pewangi, cat, dan tinktur. Ini membolehkan perisa ditambah ke dalam etanol semasa proses pembaruan (brewing). Etanol boleh digunakan sebagai pembasmi kuman (70% hingga 85% etanol). Larutan tersebut boleh membunuh organisme dengan cara mengubah protein dan melarut lipid, dan menghalang kebanyakan bakteria, fungi, dan setengah virus. Namun, etanol tidak efektif terhadap spora bakteria. Disebabkan sifat ini, etanol boleh disimpan untuk tempo masa yang sangat lama (sebagai minuman alkohol).
Etanol merupakan asid lemah, lebih lemah daripada air dan membentuk ion etanoat (C2H5O
- Air Kapur
- Urea
- Larutan NaOH 3M
Natrium ialah unsur kimia dalam jadual berkala yang mempunyai simbol Na (Natrium dari Latin) dan nobor atom 11. Natrium adalah logam reaktif yang lembut, licin, dan keperakan dan tergolong dalam kumpulan logam Alkali. Ia amatlah reaktif, terbakar dengan nyalaan kuning, dan teroksida dalam udara.
Natrium hidroksida (NaOH) termasuk pada golongan bahan kimia korosif. NaOH adalah salah satu bahan kimia yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan hidup.
NaOH memiliki BM = 40,00. NaOH berwarna putih atau praktis putih, massa melebur, keras, rapuh, dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara, akan cepat menyerap karbon dioksida dan lembab. NaOH mudah larut dalam air dan dalam etanol. (FI edisi IV, 589)
5. Lakmus Merah
6. Lakmus Biru
7. Kuning Telur
8. Larutan Timbal Asetat
9. Larutan Asam Klorida 3M
10. Kloroform
11. Larutan Kalium Bromida
12 Kasein
13. Larutan asam nitrat 3M
14. Larutan amonium molibdat
15. Kristal natrium klorida
16. Kristal sukrosa
Sebuah gula adalah bentuk dari karbohidrat, jenis gula yang paling sering digunakan adalah kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk merubah rasa dan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam) menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel. Dalam istilah kuliner, gula adalah tipe makanan yang diasosiasikan dengan salah satu rasa dasar, yaitu manis. Gula atau sukrosa dapat dibuat dari tebu, bit atau aren dengan proses pemurnian. Pada tahun fiskal 2001 / 2002, 134,1 Juta ton gula diproduksi di seluruh dunia.
(http://wikipedia.org/wiki/sukrosa)
Prosedur Kerja
HASIL PENGAMATAN
- uji unsur-unsur yang terkandung dalam senyawa organic
- uji unsur-unsur yang terdeteksi pada pembakaran senyawa organic.
No | perlakuan | Hasil pengamatan |
1 | Etanol di bakar | Warna etanol ungu |
2 | Gelas kimia yang berisi air dengan dipanakan diatas krus yang berisi etanol dibakar | Sebelyum air dipanaskan gelas kimia terlihat lembab setelah dipanaskan kelembaban hilang |
3 | Ujung batang pengaduk ditempatlan diatas nyala etanol yang sedang terbakar dengan jarak rata-rata 2 cm | Air kapur pada ujung batang pengaduk mongering dan serbguk kapur yang terbentuk menempel pada ujung batang pengaduk |
Uji Beilstein
No | Perlakuan | Hasil pengamatan |
1 | Sekeping kawat tembaga dimasukan dalam nyala api, kemudian didinginkan, setelah itu dicel;upkan dalam larutan HCl 3 M selanjutnya dibkar lagi. | Nyala api berbarna hijau dan terdfapat percikan api |
2 | Perlakuan ynag sama dilakukan pada KI | Nyala api berwarna ungu dan terdapat percikan api |
3 | Perlakuan yang sama dilakukan pada KBr | Nyala api berwarna ungu tetapi tidak terdapat percikan api. |
4 | Perlakuan yang sama dilakukan pada CHCl3 | Nyala api berwarna hijau dan terdapatr percikan api |
5 | Perlakuan ynag sama dilakukan pada air liur | Tidak terjadi perubahan warna nyala api. Namun api menjadi redup dan kawat tembaga menjadi hitam (mengupas) |
- perbedaan sifat senyawa organic dan anorganik
- perbedaan yang teramati pada pemanasan
No | Perlakuan | Hasil pengamatan |
1 | Kristal natrium klorida dan sukrosa dipanaskan | Kristal sukrosa lebih cepat mencair dari pada natrium kloroda. |
- perbedaan ionisasi
No | Perlakuan | Hasil pengamatan |
1 | Perak nitrat 1% sebanyak 3 tetes ditambahkan pada 2 mL CHCl3 | Perakk nitrat larut dalam CHCl3 dan larutan tetap bening |
2 | Ditambahkan perak nitrat berlebih | Terbentuk dua lapisan larutan (lapisan atas perak nitrat dan lapisan bawah CHCl3) |
3 | 3 tetes perak nitrat 1% ditambahkan pada 2 mL NaCl 0,1 M | Larutam menjadi keruh |
G. Pembahasan
Percobaan ini dengan judul “perbedaan antara senyawa organik dengan anorganik” dengan tujuan memahami perbedaan sifat antara senyawa organik dan anorganik dilakukan atas dasar bahwa senyawa –senyawa kimia terbagi atas dua golongan besar yakni senyawa organik dan senyawa anorganik.
1. Uji Unsur-Unsur Yang Terkandung Dalam Senyawa Organik
a. Unsur-unsur yang terdeteksi pada pembakaran senyawa organik
Dengan memasukan 2 ml etanol dalam krus, kemudian bakarlah etanol tersebut dengan api kecil. Bila etanol terbakar kemudian mengambil beaker 250 ml dan mengisi dengan air yang dingin. Keringkan bagian bawah luar dan sisi luar beaker tersebut. Peganglah beaker diatas alkohol yang sedang terbakar kemudian diamati.
Memasukan beberapa mililiter air kapur dalam sebuah tabung reaksi atau beaker kecil. Mencelupkan batang pengaduk kaca dalam air kapur tersebut sedemikian sehingga tertinggal satu tetes air kapur jernih pada ujung pengaduk. Menempatkan ujung pengaduk kira-kira 2 cm diatas nyala etanol yang sedang terbakar, kemudian mengamati perubahan yang terjadi pada air kapur.
b. Uji Beilstein
Memasukan salah satu ujung kawat tembaga tersebut kenyala api, sampai tidak timbul warna. Setelah dingin, mencelupkan ujung kawat tersebut kesalah satu larutan diatas, kemudian masukan kenyala api. Kemudian mengamati perubahan warna yang terjadi. Dan menguji air ludah yang telah terkumpul dalam sebuah beaker kecil. Mencatat pengamatan dan kesimpulan kemudian mengusapkan kawat tembaga yang dingin dan bersih ke tangan kemudian masukan kenyala api, uji ini akan berhasil bila tangan berkeringat.
1. Perbedaan Sifat Senyawa Organik Dan Anorganik
a. Perbedaan yang teramati pada pemanasan
Meletakan sebuah cawan penguapan pada kawat kasa diatas kaki tiga. Pada salah satu bagian cawan penguapan, meletakan beberapa kristal NaCl. Pada bagian lain meletakan beberapa kristal sukrosa. Mula-mula panaskan perlahan-lahan, kemudian panaskan dengan cepat sampai cawan merah membara. Dinginkan, kemudian mengamati perubahan NaCl dan sukrosa tersebut. Mengeluarkan NaCL dari cawan kemudian panaskan dengan kuat residu sukrosa sampai habis. Hasil pengamatan menunjukan kristal sukrosa lebih cepat mencair dari pada kristal NaCl. Hal ini menunjukan bahwa titik didih NaCl lebih tinggi bila dibandingkan dengan Sukrosa.
b. Perbedaan ionisasi
Mula-mula memasukan 20 ml larutan natrium klorida 0,1 M dalam sebuah tabung reaksi. Pada tabung yang lain, memasukan kloroform dengan jumlah yang sama. Dan menambahkan 3 tetes larutan perak nitrat 1% kedalam masing-masing tabung. Hasil pengamatan menunjukan bahwa perak nitrat 1% yang ditambahkan pada kloroform melarut dan larutan tetap bening. Pada saat ditambahkan perak nitrat berlebih terbentuk dua lapisan larutan dimana perak nitrat terletak dibagaian atas dan kloroform terletak dibagaian bawah. Yang berarti bahwa massa jenis perak nitrat lebih rendah dibandingkan dengan kloroform. Sedangkan untuk 3 tetes perak nitrat yang ditambahkan pada 2 mL NaCl 0,1 M yang terjadi larutannya menjadi keruh.
Kesimpulan
- Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Studi mengenai senyawaan organik disebut kimia organik.
- Di antara beberapa golongan senyawaan organik adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang dapat diubah gugus fungsinya; hidrokarbon aromatik, senyawaan yang mengandung paling tidak satu cincin benzena; senyawa heterosiklik yang mencakup atom-atom nonkarbon dalam struktur cincinnya; dan polimer, molekul rantai panjang gugus berulang.
- Reaksi-reaksi pada senyawa organik berlangsung lebih lambat dari pada senyawa anorganik. Dan seing kali disertai hasil samping.
- Pembeda antara kimia organik dan anorganik adalah ada/tidaknya ikatan karbon-hidrogen. Sehingga, asam karbonat termasuk anorganik, sedangkan asam format, asam lemak pertama, organik.
DAFTAR PUSTAKA
Team teaching praktikum Kimia Organik. 2008. Modul Praktikum kimia organik II
Gorontalo: UNG
Fessenden & Fessenden, 1982. Kimia Organik Edisi ketiga jilid 1 dan 2. jakarta :
Erlangga.
Cotton & Wilkinson,1973. Kimia Anorganik dasar. Jakarta : Universitas Indonesia
(UI-Press)
Drs Parlan M.Si 2003. Kimia Organik I. Malang JICA
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom
Tujuan :
- Melatih pembuatan pelat PLC dan kolom kromatografi
- Memisahkan senyawa kafein dari obat dengan teknik kromatografi lapis tipis dan menentukannya secara kualitatif
- Memisahkan pigmen tumbuhan dengan teknik kromatografi kolom
Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk bermacam-macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara suatu rasa gerak yang bisa berupa gas ataupun cair dan rasa diam yang juga bisa berupa cairan
ataupun suatu padatan. Penemu Kromatografi adalah Tswett yang pada tahun 1903,
mencoba memisahkan pigmen-pigmen dari daun dengan menggunakan suatu kolom yang berisi kapur (CaSO4). lstilah kromatografi diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan daerah-daerah yang berwarna yang bergerak kebawah kolom. Pada waktu yang hampir bersamaan, D.T. Day juga menggunakan kromatografi untuk memisahkan fraksi-fraksi petroleum, namun Tswett lah yang pertama diakui sebagai penemu dan yang menjelaskan tentang proses kromatografi. Penyelidikan tentang kromatografi kendor untuk beberapa tahun sampai digunakan suatu teknik dalam bentuk kromatografi padatan cair (LSC). Kemudian pada akhir tahun 1930 an dan permulaan tahun 1940 an, kromatografi mulai berkembang. Dasar kromatografi lapisan tipis (TLC) diletakkan pada tahun 1938 oleh Izmailov dan Schreiber, dan kemudian diperhalus oleh Stahl pada tahun 1958. Hasil karya yang baik sekali dari Martin dan Synge pada tahun 1941 (untuk ini mereka memenangkan Nobel) tidak hanya mengubah dengan cepat kroinatografi cair tetapi seperangkat umum langkah untuk pengembangan kromatografi gas dan kromatografi kertas. Pada tahun 1952 Martin dan James mempublikasikan makalah pertama mengenai kromatografi gas. Diantara tahun 1952 dan akhir tahun 1960 an kromatografi gas dikembangkan menjadi suatu teknik analisis yang canggih. Kromatografi cair, dalam praktek ditampilkan dalam kolom gelas berdiameter besar, pada dasamya dibawah kondisi atmosfer. Waktu analisis lama dan segala prosedur biasanya sangat membosankan. Pada akhir tahun 1960 an, semakin banyak usaha dilakukan untuk pengembangan kromatografi cair sebagai suatu teknik mengimbangi kromatografi gas. High Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau Kromatografi Cair Penampilan Tinggi atau High Preformance = Tekanan atau Kinerja Tinggi, High Speed = Kecepatan Tinggi dan Modern = moderen) telah berhasil dikembangkan dari usaha ini. Kemajuan dalam keduanya instrumentasi dan pengepakan kolom terjadi dengan cepatnya sehingga sulit untuk mempertahankan suatu bentuk hasil keahlian membuat instrumentasi dan pengepakan kolom dalam keadaan tertentu. Tentu saja, saat ini dengan teknik yang sudah matang dan dengan cepat KCKT mencapai suatu keadaan yang sederajat dengan kromatografi gas.
Effendy De Lux Putra : Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Bidang Farmasi
Suatu analisis kimia menjadi meragukan jika pengukuran sifat tidak berhubungan dengan sifat spesifik senyawa terukur. Analisis meliputi pengambilan cuplikan, pemisahan senyawa pengganggu, isolasi senyawa yang dimaksudkan, pemekatan terlebih dahulu sebelum identifikasi dan pengukuran. Banyak teknik pemisahan tetapi kromatografi merupakan teknik paling banyak digunakan. Kromatografi pertama kali diberikan oleh Michael Tswett, seorang ahli botani Rusia, pada tahun 1906. Kromatografi berasal dari bahasa Yunani ‘Kromatos’ yang berarti warna dan ‘Graphos’ yang berarti menulis. Kromatografi mencakup berbagai proses yang berdasarkan pada perbedaan distribusi dari penyusun cuplikan antara dua fasa. Satu fasa tinggal pada system dan dinamakan fasa diam. Fasa lainnya, dinamakan fasa gerak, memperkolasi melalui celah-celah fasa diam. Gerakan fasa menyebabkan perbedaan migrasi dari penyusun cuplikan.
Macam-macam kromatografi
a. Kromatografi Lapis Tipis
Yaitu kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau alumunium yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis tipis pada umumnya dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan dengan kromatografi.
b. Kromatografi Penukar Ion
Merupakan bidang khusus kromatografi cairan-cairan. Seperti namanya, system ini khusus digunakan untuk spesies ion. Penemuan resin sintetik dengan sifat penukar ion sebelum perang Dunia II telah dapat mengatasi pemisahan rumit dari logam tanah jarang dan asam amino.
c. Kromatografi Penyaringan Gel
Merupakan proses pemisahan dengan gel yang terdiri dari modifikasi dekstran-molekul polisakarida linier yang mempunyai ikatan silang. Bahan ini dapat menyerap air dan membentuk susunan seperti saringan yang dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukurannya. Molekul dengan berat antara 100 sampai beberapa juta dapat dipekatkan dan dipisahkan. Kromatografi permeasi gel merupakan teknik serupa yang menggunakan polistirena yang berguna untuk pemisahan polimer.
d. Elektroforesis
Merupakan kromatografi yang diberi medan listrik disisinya dan tegak lurus aliran fasa gerak. Senyawa bermuatan positif akan menuju ke katode dan anion menuju ke anoda. Sedangkan kecepatan gerak tergantung pada besarnya muatan.
e. Kromatografi Kertas
Merupakan kromatografi cairan-cairan dimana sebagai fasa diam adalah lapisan tipis air yang diserap dari lembab udara oleh kertas jenis fasa cair lainnya dapat digunakan. Teknik ini sangat sederhana.
Prinsip dasar kromatografi kertas adalah partisi multiplikatif suatu senyawa antara dua cairan yang saling tidak bercampur. Jadi partisi sutu senyawa terjadi antara kompleks selulosa-air dan fasa mobil yang melewatinya berupa pelarut organik yang sudah dijenuhkan dengan air atau campuran pelarut.
Tugas Kimia Dasar II : Kromatografi
Kromatografi Kolom
Bagian ini menunjukkan bagaimana prinsip yang sama yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis yang dapat diterapkan pada skala besar untuk pemisahan campuran dalam kromatografi kolom. Kolom kromatografi seringkali digunakan untuk memurnikan senyawa di laboratorium.
Pelaksanaan kromatografi kolom
Dalam kromatografi lapis tipis, fase diam adalah lapisan tipis jel silika atau alumina pada sebuah lempengan gelas, logam atau plastik. Kolom kromatografi berkerja berdasarkan skala yang lebih besar menggunakan material terpadatkan pada sebuah kolom gelas vertikal.
Berbagai ukuran kolom kromatografi digunakan dan jika anda membuka link pada halaman Kimia Organik dari situs Universitas Colorado, anda akan menemukan foto dari bermacam-macam kolom. Dalam laboratorium sekolah, seringkali dengan mudah digunakan buret biasa sebagai kromatografi kolom.
Anggaplah anda akan memisahkan campuran dari dua senyawa yang berwarna, yaitu kuning dan biru. Warna campuran yang tampak adalah hijau.
Anda akan membuat larutan jenuh dari campuran dengan menggunakan pelarut yang lebih disukai dalam kolom.
Pertama anda membuka kran penutup untuk membiarkan pelarut yang sudah berada dalam kolom mengering sehingga material terpadatkan rata pada bagian atas, dan kemudian tambahkan larutan secara hati-hati dari bagian atas kolom. Lalu buka kran kembali sehingga campuran berwarna akan diserap pada bagian atas material terpadatkan, sehingga akan tampak seperti gambar dibawah ini:
Selanjutnya tambahkan pelarut baru melalui bagian atas kolom, cegah sedapat mungkin jangan sampai merusak material terpadatkan dalam kolom. Lalu buka kran, supaya pelarut dapat mengalir melalui kolom, kumpulkan dalam satu gelas kimia atau labu dibawah kolom. Karena pelarut mengalir kontinyu, anda tetap tambahkan pelarut baru dari bagian atas kolom sehingga kolom tidak pernah kering.
Gambar berikut menunjukkan perubahan yang mungkin terjadi sejalan dengan perubahan waktu.
Penjelasan tentang apa yang terjadi
Ini mengasumsikan bahwa anda telah membaca penjelasan tentang apa yang terjadi pada kromatografi lapis tipis. Jika belum, ikuti link awal pada bagian atas halaman dan kembali pada bagian ini dan selanjutnya.
Senyawa biru lebih polar daripada senyawa kuning dan memungkinkan mempunyai kemampuan berikatan dengan hidrogen. Anda dapat mengatakan ini karena senyawa biru tidak bergerak secara sangat cepat melalui kolom. Itu berarti bahwa senyawa biru harus dijerap secara kuat pada jel silika atau alumina dibanding dengan senyawa kuning. Karena kurang polar, senyawa kuning menghabiskan waktu dalam pelarut, sehingga keluar dari kolom lebih cepat.
Proses pencucian senyawa melalui kolom menggunakan pelarut dikenal sebagai elusi. Pelarut disebut sebagai eluen.
Apakah anda hanya ingin mengumpulkan senyawa biru saja?
Sudah waktunya untuk mencuci senyawa biru melalui kecepatan bergeraknya pada waktunya! Namun, tidak ada alasan mengapa anda tidak dapat mengganti pelarut selama elusi.
Anggaplah anda menggantikan pelarut yang anda telah digunakan selama ini dengan pelarut yang lebih polar, setelah seluruh senyawa kuning selesai terkumpulkan. Ini akan mempunyai dua pengaruh, keduanya akan mempercepat senyawa biru melalui kolom.
· Pelarut polar akan bersaing untuk mendapatkan ruang pada jel silika atau alumina dengan senyawa biru. Beberapa ruang untuk sementara dipergunakan oleh molekul-molekul pelarut pada permukaan fase diam, tidak menyediakan molekul-molekul biru untuk melekat dan ini akan cenderung menjaga pergerakannya dalam pelarut.
· Akan ada atraksi yang lebih besar antara molekul-molekul pelarut polar dan molekul biru yang polar. Kecenderungan ini akan menarik molekul-molekul biru menempel pada fase diam kembali pada larutan.
Pengaruh total yaitu dengan bertambahnya kepolaran pelarut, senyawa biru akan menghabiskan waktu dalam larutan dan karenanya akan bergerak lebih cepat.
Lalu mengapa tidak menggunakan alternatif ini dalam tempat pertama? Jawabannya adalah jika senyawa-senyawa dalam campuran bergerak secara sangat cepat melalui kolom dari awal, anda mungkin tidak akan mendapatkan pemisahan yang baik.
http:\\www.chem-is-try.com/kromatografi kolom
Ada beberapa faktor yang menentukan harga Rf yaitu:
1. Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan yang sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan perubahan-perubahan harga Rf.
2. Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran.
3. Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari atmosfer jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen pelarut dari kertas. Jika bejana besar digunakan, ada tendensi perambatan lebih lama, seperti perubahan komposisi pelarut sepanjang kertas, maka koefisien partisi akan berubah juga. Dua faktor yaitu penguapan dan kompisisi mempengaruhi harga Rf.
4. Kertas, pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan serapan, yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas mempengaruhi kecepatan aliran juga mempengaruhi kesetimbangan partisi.
5. Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalami partisi diantara volume-volume yang sama dari fasa tetap dan bergerak. Mereka hampir selalu mempengaruhi karakteristik dari kelarutan satu terhadap lainnya hingga terhadap harga Rf mereka.
Tugas Kimia Dasar II : Kromatografi
Alat yang digunakan
Beker gelas 1000 ml Bahan: gelas borosilikat. Volume : 1000 ml. Berskala teratur dan permanen warna putih, tingkatan untuk percobaan siswa. Kegunaan Tempat untuk percobaan, proses difusi osmosis.
Corong Pisah, Kegunaan untuk memisahkan dua pelarut yang saling tidak bercampur
Corong Biasa : terbuat dari plastik atau kaca tahan panas dan memiliki bentuk seperti gelas bertangkai, terdiri dari corong dengan tangkai panjang dan pendek. Cara menggunakannya dengan meletakkan kertas saring ke dalam corong tersebut.Fungsi :Untuk menyaring campuran kimia dengan gravitasi.
Evaporator, kegunaan untuk menguapkan pelarut yang ada pada sampel
Lumpang dan alu Poslen di glasir. Diameter dalam: 8 cm. Alu panjang: 9 cm. Kegunaan Menghaluskan zat yang masing bersifat padat/kristal.
Bahan yang digunakan:
Daun Mayana
Petroleum Benzena
Methanol
Air
Na-sulfat
Sukrosa
Kalsim karbonat
Aseton
Prosedur kerja
Pengamatan
waktu | Perlakuan | pengamatan |
08.00 08.45 09.45 09.50 11.20 – 11.46 11.47 | 1. Melumat daun mayana (75 lembar) 2. Merendam selama 1 jam dlm campuran 120 ml PB dan 40 ml metanol. 3. Disaring 4. Ektraksi dengan aquades - Ektraksi pertama - Ektraksi kedua - Ekstraksi ketiga - Ekstraksi keempat 5. Evaporasi ekstrak dari daun mayana 6. Kromatografi kolom - Memasukkan suspensi fruktosa, CaCO3 dan sukrosa, masing-masing setinggi 3-4 cm. 6,5 gr fruktosa + 10 ml PB 7,5 gr sukrosa + 10 ml PB 5 gr CaCO3 + 10 ml PB - Memasukkan ekstrak kental daun myana pada kolom yang telah berisi suspensi - Menambahkan pelarut PB:aseton dengan perbandingan 60:10, tetes demi tetes | - mayana menjadi halus dan terbentuk warna hijau - larutan mayana - filtrat warna hijau - residu berwarna hijau - terbentuk 2 lapisan; lap.atas fasa organik (berwarna hijau) dan lap.bawah fasa air (berwarna merah kecoklatan) - terbentuk 2 lapisan; lap.atas fasa organik (berwarna hijau) dan lap.bawah fasa air (berwarna coklat muda) - terbentuk 2 lapisan; lap.atas fasa organik (berwarna hijau) dan lap.bawah fasa air (keruh) - terbentuk 2 lapisan; lap.atas fasa organik (berwarna hijau) dan lap.bawah fasa air (berwarna hijau pudar) - terbentuk ekstrak kental daun mayana - terbentuk 3 lapisan suspensi pada kolom - terbentuk warna hijau pada suspensi sukrosa, fruktosa dan CaCO3 - cairan didalam kolom berwarna hijau |
Dalam praktikum ini, dilakukan pelumatan terhadap 75 lembar daun mayana dan setelah halus direndam selama 1 jam dalam campuran 120 ml petroleum benzena dan 40 ml methanol.
Sementara menunggu rendaman daun, menyiapkan kolom kromatografi, dengan memasukkan suspensi fruktosa dalam pelarut petroleum benzena dengan tinggi mencapai 3 cm. Sesudah itu, memasukkan suspensi kalsium karbonat dalam pelarut petroleum benzena juga setinggi 3 cm dan terakhir masukan suspensi sukrosa dalam pelarut petroleum benzena setinggi 3 cm, kemudian meletakan guntingan kertas diatas penjerap untuk menjaga agar permukaanya tidak terganggu oleh aliran air atau sampel yang akan dimasukan.
Selama perendaman adanya gelembung-gelembung gas yang timbul dari daun mayana dimana pelarut tersebut mengikat senyawa yang terdapat dalam daun mayana. Kemudian disaring
dan diekstraksi dengan air 50 ml sebanyak 4 kali.
Setiap ekstraksi menghasilkan warna yang berbeda dari rafinat yang dihasilkan (hasil buangan ekstraksi), hal ini disebabkan karena kandungan senyawa yang diharapkan telah tertarik pada fasa organik. Dapat digambarkan sebagai berikut:
Kemudian ekstraktan yang telah dihasilkan melalui proses ekstraksi diberi kristal Na-Sulfat tujuannya adalah mengeringkan lapisan ini dan menghilangkan kadar air yang ada pada sampel. Kemudian disaring lagi. Filtrat yang dihasilkan dievaporasi untuk menguapkan sisa pelarut yang masih terdapat dalam ekstrak dan menghasilkan ekstrak kental daun mayana. Ekstrak kental yang dihasilkan ini, kemudian digunakan pada kromatografi kolom.
Ekstrak kental daun mayana dimasukkan dalam kolom kromatografi setelah permukaan pelarut turun mendekati penjerap. Segera bilas bagian kolom dengan menggunakan pelarut campuran petroleum benzena : aseton perbandingan 6:1, penggunaan pelarut ini bertujuan untuk mempercepat proses penjerapan dimana senyawa yang akan dicari adalah senyawa organik sehingga menggunakan kedua pelarut di atas. Pelarut harus terus menerus diteteskan kedalam kolom dengan tujuan agar penjerap tidak kering. Apabila penjerap kering penyerapan sampel oleh penjerap akan terganggu. Pada proses ini, hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Pita yang menunjukkan pemisahan tidak terbentuk. Hal ini disebabkan oleh pelarut dan penjerap yang digunakan tidak sesuai dengan senyawa organik yang akan diisolasi.
Setelah dilakukan kromatografi kolom, hasil yang diperoleh dimasukkan dalam botol fial (empat botol fial).
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
- Hasil kromatografi kolom kurang baik, hal ini disebabkan karena pelarut dan penjerap tidak sesuai dengan kandungan snyawa yang akan diisolasi.
- Noda yang dihasilkan pada plat KLT tidak memberikan hasil yang sesuai, karena pada kromatografi kolom tidak menunjukkan adanya pita-pita pemisahan senyawa.
DAFTAR PUSTAKA
Team Teaching mata kuliah DDPA. 2008. Modul praktikum dasar-dasar Kimia Analitik Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNG. Gorontalo
Effendy De Lux Putra : Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Bidang Farmasi
Tugas Kimia Dasar II : Kromatografi
http:\\www.chem-is-try.com/kromatografi kolom